Jumat, 04 April 2014

Review : Komik Labyrinth of Love dan Love On The Run

Semalam, berhubung aku lagi benar-benar bosan di rumah, aku pun akhirnya mengajak salah seorang temanku pergi main ke luar. Eh,, tiba-tiba saya kepikiran mau ke Gramedia, soalnya ada komik yang sedang aku cari; My Mysterious Neighbor karya Nakajima Yuka dan We Three That Day karya Maita Nao. Tetapi aku sungguh kecewa karena stoknya ternyata sudah habis, dan enggak ada restok lagi.

Well, karena enggak mau balik dengan tangan kosong, akhirnya aku pun tetap memilih-milih buku-buku yang ingin kubeli. Akhirnya, setelah kira-kira setengah jam berlalu dengan kegalauanku karena tidak mendapatkan komik yang kuinginkan, aku pun menemukan dua komik yang menurutku, dari senopsisnya, menarik.

Komik pertama berjudul Labyrinth of Love karya Akira Hagio. Dari covernya aja, komik ini udah kelihatan keren banget. Judulnya juga bikin penasaran, apalagi setelah membaca sinopsis komik ini, aku jadi mantap untuk membelinya.




Labyrinth of Love sinopsis : Murid perempuan SMA, Remi, dan kakaknya, detektif Keishi, beserta Sora yang layaknya  saudara, tumbuh besar bersama. Remi suka pada Sora. Sora memiliki kemampuan unik yang bisa membaca ingatan dan kenangan dari barang atau orang yang disentuhnya.
Suatu hari, Keishi diminta menyelidiki tentang kasus anak perempuan yang hilang! Inilah cerita psycho suspense mendebarkan yang dibumbuhi cinta yang bagaikan labirin.

Tuh ‘kan?

Ceritanya udah kelihatan bakal keren banget dan bakal ada adegan action plus romance-nya. Setelah baca, emm.. lumayan keren juga ternyata, mirip di sinopsis. Misterinya juga seru. Hehe
Apalagi ada unsur humor di tengah-tengah adegan serius, itu bisa jadi hiburan tersendiri. Apalagi Sora keren banget! Dia cakep dan matanya itu, cool! Haha. Tetep saja alasan pertama aku membelinya adalah cowok cakep yang ada di cover! >__<

Komik ini benar-benar recommended banget! ^^

Komik yang kedua berjudul Love On the Run karya Chiyori. Awalnya ku tertarik membeli karena gambar covernya yang imut dan gambar kucing yang lucu. Hehe



Love on The Run memiliki tiga konten lainnya yang lumayan bikin mata berkaca-kaca, yaitu; Haunted House dan Answer after School.

Love on the Run sinopsis: Liburan musim panas tahun itu adalah leburan terburuk bagi nagi. Dia diminta pergi ke kuil pamannya, sementara ayah ibunya mengurus perceraian. Tapi di sana, Nagi bertemu dengan Satsuki, cowok dingin yang juga sedang dalam masalah.

Emm..sejujurnya aku agak kecewa dengan komik ini, tetapi untuk cerita, komik ini benar-benar bagus! Cerita di dalamnya mnegajarkan arti penting keluarga bagi kita, apalagi Haunted House hampir membuatku menangis sesenggukan TT___TT

Selasa, 11 Maret 2014

June The Little Queen, Bukan Hanya Sekedar Paragraf









June The Little Queen adalah komik buatan Kim Yeon Joo yang waktu dulu benar-benar mencuri hatiku dengan kata-kata yang terukir di dalamnya. Eh, tapi sekarang aku juga masih suka membaca ulang komik ini, sih. Hehe

Well, ini bukan review dariku mengenai komik ini, tapi aku hanya ingin membagi kalimat yang kusuka dari sejak pertama kali membaca komik ini. Dan bagi yang merasa tertarik untuk membaca komik ini, silakan Mampir ke sini.


“Kita akan bertemu lagi. Melewati terang, melewati waktu, di bintang yang seperti madu, di mana langit yang indah mengalir. Kita akan bertemu lagi. Dunia yang besar. Dan kita adalah kosmos kecil di dalamnya. Ada dunia yang bernama kehidupan sehari-hari, dan sejarah bernama kenangan mengalir. Bersama permata-pertama kecil di sana. Meski kulalui penyesalan dan sekali lagi aku kembali, yang berharga tetaplah berharga. Yang mengakhiri adalah dia, dan yang kembali adalah si kecil. Yang tertinggal di celah waktu dan memeluk kenangan adalah aku.”

“Meski sakit, kamu bisa menjalani hidup. Karena selama hidup, aku akan ada di sisimu.”

“Aku bisa menghapus air mata. Luka pun sering terjadi. Tapi meski sering bukan berarti tidak sakit lagi.”

“Jadi sekarang, meski berpisah, meski luka, jangan menangis. Waktu berlalu dengan cepat. Kita akan segera bertemu kembali.”

“Menjelang pagi, aku berdiri di hutan itu dan menangis. Jika menutup mata, sepertinya tedengar suara hujan. Itu aneh sekali. Karena sampai saat itu, aku tidak pernah melupakan hujan. Namun demikian, bagaimana aku tahu itu bunyi hujan? Dan ketika membuka mata. Langit dengan cahayanya yang menyilaukan ada di sana.. pada gadis terang itu.”

“Ratuku ada di tempat yang jauh.. di tempat yang lebih jauh.. dia bersinar untukku. Bersinar demi aku.”

“Meski bagiku sekarang hanya ada kekosongan, aku tidak berpikir aku akan boleh lenyap seperti ini.”

“Apa yang membuatku sedih? Aku sedih, dan dia juga sedih.”

“Dua hal yang dapat kamu lakukan; waspada atau membunuh. Jangan ragu-ragu. Jangan berpikir. Kosongkan hati. Hanya satu titik. Menuju jantung merah si bocah.”

“Kesungguhan hati.. tidak diketahui jika tidak dinyatakan, jika diperlihatkan, namun tak berarti tidak ada.”

“Yang kuat mudah patah.”

“Di atas ladang salju yang sangat dingin, saat kuulurkan takhta ratu kepada Ratu Terang yang sebaya denganku dengan tanganku sendiri.. dia tidak tertawa.. dia hanya berbalik saja.”

“Kalau diberi kesempatan hidup lagi padamu, mau kembali pada saat yang mana?”
“Untuk apa kembali padahal hidup selama ini sulit.”
“Lebih baik hidup tanpa penyesalan sama sekali.”
“Tidak begitu. Tapi, meski diberi kesempatan lagi, aku akan melakukan kesalahan lagi. Makanya aku akan terus maju.”

“Tak terdengar dunia yang menghening, kah?”
“Apa yang kamu lakukan?”
“Masa lalu.. aku yang buta dan bodoh, dan dia yang dingin dan ragu-ragu. Akibatnya gadis hari ini mengingat sejarah waktu dan bintang lagi. Gadis, aku salut padamu.”

“Pada hari ketika salju turun. Salju bertumpuk di atas jejak kaki yang dalam. Jalan yang sulit dilewati di ladang salju itu, kau selalu berjalan di depan. Aku berjalan sambil menginjak jejak kaki yang kau buat. Kita berdua, berjalan di satu jalan.”

“Bohong kalau bilang aku tidak sedih. Bohong kalau bilang tidak menunggu. Bohong kalau bilang kembali juga. Berkata sebaiknya tidak dilahirkan, sebaiknya lenyap seperti ini saja juga sebenarnya bohong. Semuanya bohong. Tapi ada satu kesugguhan hati, aku selalu ingin berada di jalan yang sama denganmu.”

“Dan kesakitan yang berbaur di tempat ini bukan milikku. Diriku hampa sekaligus penuh dengan hal-hal tidak berguna. Dan yang aku punya hanyalah nama. Nama yang suatu hari kau berikan kepadaku. Tapi aku tak bisa menemukanmu. Bahkan aku tak tahu harus ke mana.. sekarang tidak akan aneh jika kapan pun dan ke mana pun aku bisa menghilang.”

“.. Tapi aku tidak mau menjadi seseorang yang menciptakan kematian. Karena itu, kalau aku tak bisa bahagia di sini..”

“Meski aku tahu, tak ada yang berubah. Aku sombong pada diriku sendiri. Padahal aku tahu, suatu saat aku akan kehilangan dia.”

“Jangan menunggu. Meski menunggu, dia tidak akan datang.”

“Mungkin ini kesombongan. Aku tidak punya kekuatan atau logika untuk itu. Untuk membicarakan cinta aku terlalu rasional, dan untuk membicarakan ideologi aku terlalu realistis. Aku terlalu kosong untuk berbicara tentang impian.”

“Jiwaku kering dan penuh dengan pengetahuan yang sulit ditanggung. Sama seperti huruf-huruf yang mati dalam bingkisan mahal. Dengan alasan itu, apakah aku merusaknya? Suatu hari nanti, aku akan bertanya kepadamu, tapi kau hanya tertawa saja. Hari itu, aku ingin menjaga harta kita..”

“Kamu kurang mempunyai konsep aku.. karena itu begitu mudah mempengaruhimu. Seperti apakah definisi aku? Bagaimana terbuktinya eksistensi aku? Bukankah karena adanya kau kita menjadi aku? Kau yang memanggil namaku. Aku yang mengumpulkan kenangan kita menjalani dunia. Tidak aneh seperti katamu, kapanpun itu bisa lenyap. Meski aku menginjak kaki di bumi, aku terus membumbung. Karena itu sekarang.. pulanglah padaku dan jadilah aku.”

“Kalau ada tempat bagiku di dunia, kupikir tempat yang disebutkan anak itu. Tempat dulu aku dibesarkan, yang tidak kuingat.”

“Warna merah di atas ladang salju putih. Dua baris jejak kaki. Bunyi kaki menginjak salju. Tangan yang hangat. Aku memegang tangan itu dan menyeberangi waktu. Aku tidak sampai di mana pun juga.”

“Waktu berwarna keemasan. Impian berwarna ungu.”

“Dan bunga pun.. angin juga.. hati juga mengikuti sebuah aliran. Di sana ‘melihat’ tidak ada arti apa-apa.”

“Terkadang, kamu harus belajar membuang kesedihan untuk bisa maju. Belajar menggigit bibir dan menelan air mata terhadap dunia yang kejam, baru akan tiba fajar baru.”

“Aku tidak bisa memungut bintang yang jatuh. Kata yang terucap tanpa sadar juga tidak terpungut. Meski begitu, aku tetap aku?”

“Akhirnya aku tahu jalannya berbeda.”

“Setiap malam aku berpikir, suatu pagi kau sudah pergi dan tidak ada di sana lagi.”

“Aku hanya bisa melihat akhir dari akhir.”

“Kesudahan segala sesuatu adalah kematian.”

“Sekarang berbahagialah di sini, itu sudah cukup.”

“Aku tidak menemukan lembah pelangi, karena itu aku masih belum menjaga apa-apa. Yang bercahaya, bukan diriku.”

“Dia terang yang paling cemerlang. Aku kehilangan dia begitu saja.. harta yang paling berharga di duniaku.”

“Sungguh semua itu adalah ikatan yang berharga. Begitu berharganya hingga menjadi ingatanku, kehidupanku, cintaku.. itulah unsur-unsur diriku.
Aku punya nama dan kau memanggil namaku. Dan namaku kembali padaku dan menjadi diriku.
Sungguh itu ikatan yang berharga.
Jadi ketika satu persatu mutiara yang bercahaya terjatuh, karena kagetnya aku tidak terpikir untuk memungutnya.
Sepertinya kau tertawa dengan canggung. Tidak, mungkin kau tidak bereaksi sama sekali.. ah, sebenarnya aku kurang tahu.
Ingatan bisa dibengkokkan, dan masa lalu selalu melimpah dan indah.
Aku tidak bisa membayangkan air matamu.
Kau selalu tertawa dan bercahaya.”

“Meski tidak tertangkap.. meski tidak terlihat.. ada sesuatu di sana. Meski tidak ada nama dan disebut namanya, aku tahu ada yang bercahaya di sana.”

“Langit.. langit yang gelap dan merah. Terang dan kegelapan. Hidup dan mati. Dua dunia yang bertentangan.. kali ini, mau membawa siapa?”

"Dan langit yang penuh di atasku, fajar yang mulai menyingsing.. gunung yang tetap putih, rumput yang menggelikan telapak kakimu.. angin yang membuat rambutmu yang tidak tersisir bebas tergerai. Udara yang penuh di pelukanmu.. Duniaku yang indah. Surgaku."

"Hari ini juga kita bertemu lagi. Di bawah terang sinar matahari."

"Terlalu senangnya, hari ini aku memberi salam kepada matahari. Juga kuberi salam kepada pagi. Hari ini juga.. aku pergi menemuimu."

"Salam kepada Pagi."

"Salam kepada sinar matahari. Untunglah mimpi buruk hanyalah mimpi. Aku senang bertemu denganmu lagi dalam sinar putih matahari."

"Aku berharap seperti itu. Seperti waktu itu kamu berkata aku salah jika bisa tertawa. Tak apa tertipu oleh penghiburan yang manis.."

"Bintang jatuh itu kamu."

"Makanya aku bilang kamu bodoh. Karena itu aku memintamu pulang."

"Kamu terlalu kecil untuk melawan arus sungai, tapi kamu indah sekali bagiku."

"Semua orang tumbuh melalui hal-hal seperti itu. Benci, suka, dan melupakan, lalu berpisah lagi.. Sekarang kami sudah besar, jadi sudah melupakan hal-hal itu."

"Ada suara yang berbisik dari jauh.. di pinggir kolam, di dekat rumput, di atas air yang menggelegak. Di ujung angin yang singgah sejenak."

"Kata yang tidak tersampaikan itu lenyap entah pergi ke mana."

"Waktu kecil,
Tanganku pernah terluka karena buku.
Buku gambar itu dibeli pengasuhku dari pasar.
Buku gambar yang cantik dengan gambar burung biru.
Tidak sesakit saat terluka terkena pisau atau terjepit pintu, tetapi aku kaget karena terluka oleh kertas.
Berdarah. Hanya begitu saja aku merasa sakit.
Dan luka yang tipis dan tajam itu cukup lama.
Setiap kali aku melihatnya, aku ingat hal itu.
Sakit.
Luka yang terabaikan kalau tidak dilihat.
Terus teringat karena tertanam dalam benakku.
Sakit.
Jelas sakit. Sampai menyadarkan batas antara mimpi dan kenyataan. Sampai bisa mengetahui pedang yang disembunyikan dengan syaraf yang tumpul.
Setetes darah, tidak membuat tanah menjadi merah.
Tidak timbul perubahan apa pun juga.
Apakah ini mimpi?
Apakah aku terluka parah dalam mimpi buruk?
Sakit..
Tapi tak bisa kutemukan luka.
Meski tak bisa kutemukan, air mataku tidak berhenti.
Siapa aku?
Tidak..
Apakah aku?"

"Saat pertama bertemu juga, mungkin aku menjemputmu. Petunjuknya adalah melebarkan kedua lenganku, memeluk bahu kecilnya dalam pelukanku."

"Kami akan terbang bersama. Kalau tidak bisa terbang, kami akan berjalan bersama."

"Malam musim panas itu panas. Dan insomnia yang asing itu tidak nyaman. Meski menutup mata, tidak mengantuk. Meski menutup telinga, keheningan begitu jauh.. anganku berlari ke sana. Musim panas di bulan agustus adalah kisah di negeri yang jauh. Hari ini juga.. daun berbisik tertiup angin."

"Maaf, karena aku berdiri di ujung pedangmu. Maaf, karena aku bukan diriku lagi."

"Namaku yang hanya satu-satunya di dunia. Namamu. Dan di bawah air yang dingin. Kegelapan yang tak ada ujungnya. Aku sangat lama tertidur di sana. Karena aku terus menunggu dalam kegelapan."

Selasa, 25 Februari 2014

Review Komik: Vallia’s Bridegroom/Vahlia no Hanamuko Karya Sorata Akizuki



Review Komik Vallia’s Bridegroom Karya Sorata Akizuki


 
Akiduki atau Akizuki? o_O




Waktu beli komik ini, aku sedang berada dalam kondisi keungan yang menipis, tapi tetap saja egois mau membelinya ketika aku dan temanku pergi ke Gramedia. Em.. jujur saja, hal pertama kali yang menarik minatku untuk membelinya adalah cover yang –tentu saja- begitu menawan, sampai mencuri pandanganku dari komik-komik yang berderet di sekitarnya. Begitu aku membaca sinopsisnya, aku langsung menjatuhkan pilihanku di komik ini. Sebenarnya saat itu aku juga ingin membeli komik yang lainnya, tetapi seperti yang kubilang di atas tadi, aku harus berhemat karena kondisi keuanganku yang menipis –sendainya sebelum pergi aku lebih dulu minta uang saku ke Ibu. Haha


Vallia’s Bridegroom sinopsis : Saat Gil, tunangan Vallia menghilang, Vallia ditunangkan dengan adik Gil yang bernama Lucel. Vallia tak bisa menerimanya begitu saja. Ia pun memutukan untuk mencari Gil. Tapi Lucel yang tak bisa membiarkan Vallia pergi seorang diri, ikut mendampinginya mencari Gil.

Aku memberi rating 4,00 dari 5,00 untuk komik ini di situs Goodreads. Soalnya aku benar-benar suka bagaimana cara mangaka menciptakan karakter dan menemukan konflik yang cocok untuk ukuran cerita sekali tembak (Oneshoot).

Aku suka bagaimana hubungan Vallia dan Lucel yang seperti membatasi diri mereka dengan sebuah garis yang akan sulit dilewati oleh mereka berdua bahkan setelah Gil pergi. Aku suka bagaimana mangaka menggambarkan kecanggungan di antara mereka yang begitu manis dan lucu. Dan bagaimana aku hampir saja tertipu oleh sesuatu yang –sangat- manis yang menanti kisah Vallia dan Lucel yang tidak kusadari sejak awal cerita berlangsung >_<


Gambar diambil dari Mangahere.com


Kalimat yang paling aku suka dari Vallia’s Bridegroom; “.. Karena itu kami melangkah sambil bergandengan tangan. Hari demi hari mengungkapkan perasaan. Berdua membangun kebahagiaan.”

Oh, sungguh manis~

Komik Vallia’s Bridegroom memiliki tiga konten lainnya yang ceritanya tidak kalah bagus. Di antaranya adalah A Dragon’s Lullaby yang merupakan cerita yang paling kusuka dari komik ini.


Gambar diambil dari Mangahere.com



Bertema romance dan fantasy, A Dragon’s Lullaby menengahkan hubungan antara Shuen, seorang Miku, dan Kito “Anak Naga”. Kito merupakan anak di dalam legenda “Tenryu” yang disebut-sebut akan membawa kebahagiaan/perlindungan ketika kemunculannya. Suatu saat, Kito akan menjadi Tenryu seutuhnya, dalam bentuk naga, dan kembali langit. Tugas Shuen sebagai Miku adalah mendampingi dan memberikan upacara besar kepada Kito saat hari-hari Kito sudah genap di Bumi.

A Dragon’s Lullaby merupakan cerita yang sungguh manis, imut, lucu, menggemaskan.. dan sedih. Tentu saja T_T

Kata-kata yang paling aku suka dari A Dragon’s Lullaby : “Kurasa melupakan dan membawa pergi kenangan sama-sama menyedihkan.”

Dua judul lainnya adalah World Silver Pool. Bercerita tentang Arza, seorang pemuda yang membenci sihir, yang suatu hari menemukan seorang gadis sedang pingsan di tengah badai salju. Gadis itu bernama Lia, dan ternyata Lia bisa menggunakan sihir.


 
Gambar diambil dari Mangahere.com


Judul terakhir adalah Fairy Tale’s Brush, yang bercerita tentang Yukei, yang suatu hari menemukan seorang gadis dari dalam “Pohon Suci”. Gadis itu mengaku bahwa dia adalah Dewi Air bernama “Rakuhi”.

Gambar diambil dari Mangahere.com



Overall, aku benar-benar merekomendasikan komik ini untuk dibaca. Dan bagi mau yang baca online, klik di sini. ^^